21

jakarta, waktu itu.

aku kehujanan.
hari ini langit tak secerah biasanya.
ketidakpastian langit menitikkan air matanya,
menunda langkahku untuk menyebrangi rel kereta.
tampaknya sebentar lagi hujan akan reda.
sedetik turun,
sedetik naik.
langit jakarta menjadi semakin labil.
tak beda, sama seperti hati ini.

hujan turun bersenandung nada semesta.
sembari kulihat dirimu berdiri di depan mata.

“apakah kau mencintai hujan?”
ku tanyakan itu padamu di dalam diam.

jangan bergerak.
tetaplah berdiri,
seperti itu.
biar kupandangi saja sosok ini,
dan ku abadikan dengan mata telanjang.

 

 

19/12/16

-yoirida.

Leave a comment