Samudara

Aku benar bertatapan dengan kedua biji matamu, Sam.
Tetapi ketika aku melihat kedalamnya, yang ada hanyalah seonggok daging dan kelalaianmu sebagai seorang manusia.

Biarkan aku pergi dari sini, Sam. Untuk apa kau terus menahanku disini? Aku pun tidak lebih baik darimu. Aku hanyalah seonggok daging yang terperangkap dalam lemah dan kesia-siaan.

Maka bakarlah aku, Sam. Biarlah abuku menyala-nyala dan asapku membuat perutmu kenyang. Sekali kau dapati aku menangis, minumlah air itu untuk menyeka hidangan penutupmu.

Jiwamu telah kau matikan sejak lama, Sam. Malam itu hujan dan dingin, oh, aku masih ingat. Ketika kau menjual jiwaku kepada dunia dan kau tinggalkan segala roh dan rahasiamu.

Dermagamu telah bercahaya, tak bisa kah kau lihat? Disitu, tepat 30 derajat ke utara dari tempatmu berdiri, kamu benar bertatapan dengan biji mataku, Sam.

Bangunlah, dan biarkan aku pergi.

Jakarta, 3 Mei 2018

Leave a comment